Gajah Jawa, Emang Ada Gajah di Jawa?
Pola dekoratif pada mangkuk kuningan, Jawa - Indonesische Kunstnijverheid, Platen-atlas met inleiding van Prof. T.J. Bezemer, tanpa tahun, hal 110 |
Gajah Jawa, Emang Ada Gajah di Jawa?*
Gajah-Gajah**
Mripat kaya laron, siyung loro
Kuping gedhe
Kathik nganggo tlale
Buntut cilik tansah kopat-kapit
Sikil kaya bumbung
Mung mlakumu megal-megol
**Tembang Dolanan-Sebuah Refleksi Filosofi Jawa, Umi Farida, dkk., Balai Bahasa Jawa Tengah, 2016
Ini adalah tembang yang biasa dilantunkan di permainan anak Jawa Tengah, tembang ini menggambarkan tentang binatang bernama gajah.
Gajah Jawa (Elephas maximus sondaicus) memang memiliki sejarah menarik. Seperti cerita bahwa gajah diperkenalkan kepada Sultan Sulu oleh East India Company pada tahun 1750 ke #Nusantara, atau sengaja di datangkan dari suatu tempat ke Nusantara, utamanya Jawa. Juga teori yang menyatakan, bahwa gajah di Jawa masa itu didatangkan dari India melalui kapal.
Berdasarkan relief di panel Candi #Borobudur, Paules Edward Pieris Deraniyagala, paleontolog, zoolog dan seniman dari Sri Lanka, mengusulkan nama "Gajah Jawa" tahun 1953.
Sebelumnya ia mengira bahwa Gajah Asia lah (Elephas maximus) yang ada di pulau Jawa dan telah punah. Meskipun ia identik dengan gajah Sumatera (E. maximus sumatranus), Gajah #Jawa memiliki ciri khas berbeda.
Fosil Gajah Asia sendiri telah ditemukan di endapan #Pleistosen Jawa, tapi pertanyaan tentang kapan dan kenapa gajah punah di Jawa masih belum terjawab.
Kronik Cina dari masa Hindu-Budha di Jawa pun mencatat bahwa raja-raja Jawa menunggangi gajah dan mengimpor gading ke Cina.
Menariknya lagi, ada tradisi tutur di timur laut #Kalimantan menyatakan bahwa Gajah Kalimantan yang kini hidup di alam liar, adalah keturunan gajah dari Jawa.
Di tempat lain, Banyuwangi misalnya, motif batik #Gajah Oling jadi bagian penting dalam budaya #tradisi Banyuwangi. Motif gajah jadi hal penting untuk tata busana penari #Gandrung #Banyuwangi.
Gajah juga terselip sebagai penamaan seperti Gajah Egon atau Gajah Mada, seorang patih dari Majapahit di masa Hayam Wuruk, nama Hayam sendiri berasal dari kata ayam.
Nama Jawa memang biasa menggunakan nama dengan karakter binatang, seperti Kebo Anabrang, Kidangwalangka, Banyak Kapuk, dan Gagak Sumiring dan bisa ditemukan pada catatan manuskrip kuno.
Meski Gajah Jawa telah punah, penelitian dari #WWF mengejutkan dunia di tahun 2003, menyatakan bahwa Gajah Jawa belum punah dan ditemukan di Kalimantan. Gajah #Pygmy Borneo, yang dulunya dikirim dari Jawa ke #Borneo, berhasil beranak pinak di sana, sementara di daerah asalnya, Jawa, Gajah Jawa justru lenyap dan punah.
Gajah Jawa di #Kalimantan adalah secuil peninggalan sejarah yang patut dijaga karena gaung keberadaannya menjadi memori dan pengetahuan kolektif di #Nusantara tentang kehadiran Gajah Jawa, baik dalam bentuk relief panel #candi, tutur lokal, tradisi dolanan, nama orang, nama tempat dan tata busana tarian tradisional.
Jadi dulu memang ada #Gajah Jawa, jangan bilang enggak ada, apalagi pengumuman kalo #Gajah #Jawa cuma mitos, dan jangan lupa #ngopi.
Sumber gambar :
Pola dekoratif pada mangkuk kuningan, Jawa - Indonesische Kunstnijverheid, Platen-atlas met inleiding van Prof. T.J. Bezemer, tanpa tahun, hal 110.
*Istono 'Genjur' Asrijanto, adalah #bakulkopi di #warung kecil bernama #RumahKafeJember
#Sejarah #TembangDolanan #Jember #GajahJawa #InfoJember #RumahKafe #NgopiMalam
Komentar
Posting Komentar