amp body













RUMAH KAFE JEMBER sejak 2015
Set On New Normal Certified Barista by BNSP LSP KI

KOPI yang baik adalah sehitam IBLIS, panas seperti NERAKA, semurni MALAIKAT, dan manis kaya KAMU

Karena KOPI kita bisa PINTAR

Kedai kecil serasa rumah sendiri, dikelola dengan senyum serta tawa juga dikawal barista tersertifikasi untuk ngopi, ngobrol atau membahas tentang apa saja

buka setiap hari mulai pk 18.00

DALAM PAHIT KOPI TERSELIP MANIS DAN RASA YANG LUAR BIASA
Temukan kami di Our Story | Instagram | Twitter | Facebook | Google | Maps | WAme

Jejak Warisan Kopi Nusantara: Dari Prasasti Kuno hingga Serat Centhini

 

Jejak Warisan Kopi Nusantara: 

Dari Prasasti Kuno hingga Serat Centhini  

Sejarah kopi di Indonesia, sampai saat ini yang umum diketahui oleh orang adalah kopi pertama kali dikenalkan oleh Belanda pada masa kolonial, tidak banyak yang mengetahui bahwa tanaman kopi dan biji kopi di nusantara ini telah jauh dikenal sebelum datangnya penjelajah asing di Indonesia. 

Beberapa petunjuk yang ada menunjukkan bahwa tanaman kopi di nusantara telah dikenal sejak lama. Setidaknya semenjak pelaut Indonesia melanglang buana ke andaman, pantai selatan India, Arab, pantai timur Afrika dan Madagascar, kapan waktunya sangat sulit di tebak karena memang tidak ada catatan yang menyebutkan hal itu.  

Kopi Dalam Prasasti 

Kopi atau dalam bahasa Jawa kuno dikenal dengan wiji kawah telah disebutkan dalam prasasti Pabuharan yang sayangnya tidak lengkap teksnya serta tidak menyertakan tahun. Prasasti ini adalah tentang penetapan sima atau desa bebas pajak untuk desa Pabuharan. 

Wiji kawah termasuk dalam barang yang tidak dikenai pajak, sehingga dugaan sementara biji kopi menjadi salah satu produk yang memiliki nilai ekonomis yang baik saat itu. Sementara perkiraan masa prasasti ini diperkirakan pada abad ke 7 sampai abad ke 9 pada masa kerajaan Medang Mataram kuno. 

Saat ini prasasti tembaga Pabuharan menjadi koleksi Museum Nasional Indonesia bernomor inventaris E. I.II.a.b di Jakarta. 

Biji Kopi Dalam Pripih di Candi Plaosan 

Pripih adalah benda tertentu, biasanya banyak, yang ditempatkan dalam wadah seperti kotak batu, gerabah, atau perunggu dan ditanam di beberapa tempat di dalam bangunan candi. 

Menurut catatan Atmosudiro tahun 2008 dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah menggambarkan penemuan yang menarik di kompleks Candi Plaosan dengan menemukan sebuah pripih kotak batu yang berisi periuk perunggu lengkap dengan tutupnya beserta isinya.  

Di Candi Plaosan, pripih berupa biji padi, jagung, kopi, jali, bahan rempah-rempah seperti kemiri, kayu cendana, jinten, dan pinang ditemukan. Candi ini terletak di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Lokasinya sangat strategis, sekitar 1,5 kilometer sebelah timur Candi Prambanan, di Jalan Raya Jogja-Solo KM 16. 

Candi Plaosan, didirikan pada pertengahan abad ke-9, tepatnya antara tahun 825-850 Masehi. Informasi didapat dari prasasti dan arsitektur candi yang bercirikan Budha, seperti yang dterangkan oleh ahli fisiologi Belanda Johannes Gijsbertus de Casparis. 

Candi Plaosan dibangun pada masa raja Rakai Pikatan dari Kerajaan Medang Mataram Kuno dan diperkirakan untuk persembahan istrinya, Pramodhawardhani, yang merupakan seorang Buddha, sementara Rakai Pikatan sendiri adalah seorang Hindu. 

Fakta Lain Terkait Kopi di Nusantara, Dari Minang Hingga Toraja

Orang Minangkabau sudah mengenal daun kopi (daun kawah), meskipun mereka belum mengonsumsi bijinya. 

Prof. Dr. Phil. Gusti Asnan, seorang akademisi dan sejarawan juga guru besar ilmu sejarah di Universitas Andalas (Unand), Padang,menjelaskan tentang Daun Kawah atau Daun Kopi dalam tradisi Minang.  

Beliau telah memberikan pandangan yang menarik. Jauh sebelum Belanda masuk ke Minangkabau, orang Minang telah menggunakan daun kopi untuk membuat minuman yang dikenal sebagai kopi kawa daun, namun tanpa mengkonsumsi bijinya. 

Kopi kawa daun ini unik dan bagian dari warisan budaya Minangkabau. Dibuat dengan menyeduh daun kopi yang diasapi dan dikeringkan, kemudian disiram dengan air panas dan ditambahkan gula merah untuk menambah rasa manis. Ini juga cara masa lampau untuk mendapatkan seduhan herbal dari tanaman jenis apapun. 

Begitu juga temuan pohon kopi berusia tua dengan perkiraan 200–300 tahun di bagian selatan Pulau Sulawesi menambah bukti keberadaan kopi sejak lama. 

Tulisan Antony Wild yang dimuat di "Sunday Times" Sri Lanka pada tahun 2019 tentang temuan pohon kopi berusia tua di Sulawesi. Meskipun saya tidak menemukan artikel spesifik yang disebutkan, ada beberapa informasi terkait yang bisa memberikan konteks. 

Sulawesi Selatan sendiri memiliki sejarah panjang dalam budidaya kopi. Pada abad ke-16, Toraja di Sulawesi Selatan diketahui adalah wilayah pertama yang menanam kopi, melalui orang-orang dari Kerajaan Gowa. Pengenalan tanaman kopi dan biji kopi untuk diminum, mungkin telah dikenal jauh sebelum abad ke-16.  

Antony Wild, adalah seorang penulis dan sejarawan kopi, dikenal karena bukunya "Black Gold: The Dark History of Coffee", yang menuliskan sejarah kopi dan dampaknya terhadap masyarakat dan ekonomi global. Meskipun buku ini tidak secara spesifik membahas tentang pohon kopi di Sulawesi, karyanya sering mengeksplorasi aspek-aspek sejarah kopi yang kurang diketahui. 

Kopi Sebagai Minuman Jamuan Pada Tamu Istimewa 

Constantinus Alting Mees,  seorang penulis yang membahas sejarah Kalimantan dalam karyanya "De Kroniek Van Koetai" terbit tahun 1936. Mees menyebutkan bahwa Raja Kutai Kartanegara adalah orang pertama dari Kalimantan yang mencicipi kawah (kopi) dan teh saat berkunjung ke Majapahit di Jawa pada abad ke-15. 

Berdasarkan catatan sejarah, rincian tentang kunjungan dari Kerajaan Kutai Kartanegara ke Majapahit. Aji Maharaja Sultandan kakaknya Maharaja Sakti diutus oleh Aji Batara Agung Paduka Nira, yang memerintah Kutai dari tahun 1325 hingga 1360, untuk melakukan kunjungan ke Majapahit. Catatan ini termaktub dalam Naskah Salasilah Kutai bagian ke VIII. 

Kopi yang Disaring dalam Serat Centhini 

Wedang Kahwa dalam Serat Centhini adalah minuman tradisional yang disebutkan dalam karya sastra tersebut. Dalam salah satu bagian, disebutkan bahwa ketika sampai di Dukuh Kandangan di wilayah Lumajang, hidangan yang disajikan kepada mereka adalah wedang kahwa eses ganten.  

Wedang kahwa sendiri adalah minuman yang terbuat dari biji kopi yang diseduh, mirip dengan kopi hitam yang kita kenal sekarang. Namun, dalam serat centhini, wedang kahwa terkadang disajikan dengan cara disaring ampasnya, dan bisa diberikan tambahan rempah-rempah tertentu yang menambah kekayaan rasanya. 

Jadi masih percaya bahwa yang mengenalkan kopi adalah Belanda? 

Jangan lupa ngopi yaa kawan baik .... 

#JejakKopiNusantara #SejarahKopiIndonesia #WarisanBudayaKopi #KopiKunoNusantara #PrasastiKopi #KopiPlaosan #TradisiMinangKopi #KopiSulawesi #KopiKerajaanNusantara #WedangKahwa #BudayaNgopi #KopiPusaka #KopiNusantara #SejarahKopi #SeratCenthini #BudayaJawa #MinumanTradisional #KopiNusantara #JemberJava #BudayaKopi #WisataRasaNusantara #WisataKopiIndonesia #KedaiKopiJember #RumahKafeJember #CeritaDariJember #KopiJember2024 #FestivalKopiJember #KopiJember #robusta #arabica #exelca #liberica 






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pepatah Jawa - MENANG MENENG NGGEMBOL KRENENG

Rumah Kafe Kopi Jember Secangkir Jawa Secangkir Kenikmatan Penuh Cerita

HYPER REAL FACE Antara Niat Dan Amalan

Bajingan, Para Pemandu Sapi dan Pegon Penggerak Perekonomian Masa Lampau

Pesta Sastra Hyang Argopuro Eka Sapta Nawa Carita 2024

Mongso Bediding, Dinginnya Jawa dan Hangatnya Kopi Rempah

Gajah Jawa, Emang Ada Gajah di Jawa?

Secangkir Kopi, Ngopi Dan Obrolan Yang Menyehatkan Mental Di Meja Kopi