Kopi Jember Robusta Baban Silosanen Fresh Roast Coffee Beans Rumah Kafe Signature Coffee by Pak Yon Coffee Supply
Kopi Jember Robusta Baban Silosanen Fresh Roast Coffee Beans
Rumah Kafe Signature Coffee by Pak Yon Coffee Supply
Cerita kopi memang tidak akan ada habisnya. Selain bagaimana hadir secangkir kopi enak, biji kopi pasti melalui proses penuh suka duka.
Tulisan ini adalah sambungan dari tulisan Rumah Kafe on #Google
Jangan lupa ngopi, Salam Hangat @RumahKafeJember
Jika teman-teman semua pernah mendengar nama Baban Silosanen, barangkali nama itu memang sudah terkenal sejak dahulu kala.
Kalau baca-baca tentang sejarah kebun kopi di Baban Silosanen, kita harus turn back time ke masa sekitar 1800 an, itu adalah masa dimana tanaman kopi ditanam dan dibudidayakan secara massal dalam skala industri perkebunan oleh Hindia Belanda di Jember.
Karena kopi menjadi komoditas yang moncer harganya di Eropa saat itu, Hindia Belanda sampai harus membuat sebuah lembaga riset dan penelitian pengembangan kopi dan coklat yang didirikan tahun 1911 di Jember.
Lembaga itu diberi nama Besoekisch Proefstation, yang sekarang menjadi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) di jalan PB Sudirman Jember. Kebetulan Rumah Kafe hanya sepelemparan batu dari kantor Puslitkoka Jember. Mereka di sisi timur jalan, Rumah Kafe di sisi barat jalan, berhadap-hadapan.
Nah, ceritanya sejak saat itu budidaya dan perdagangan kopi dari Jawa, terutama Jember sangat berkembang pesat, dengan dibukanya banyak perkebunan swasta, yang sampai sekarang masih beroperasi di bawah BUMN maupun perusahaan daerah perkebunan serta swasta murni.
Nama kopi Jawa terutama dari Jember dan sekitarnya sampai diabadikan menjadi sebuah program yang banyak dibenamkan di gawai kalian saat ini, Java Program, dengan logo ikonik secangkir kopi panas. Karena memang kopi Jawa memiliki citarasa yang yang lebih unggul dari pada kopi yang ditanam di berbagai belahan dunia.
Sampai saat ini,semua programer dan para peng-coding komputer sangat akrab dengan secangkir kopi yang punya cita rasa kuat dan mampu menemani mereka untuk memecahkan alur coding sebuah program komputer yang super njlimet itu.
Oke, itu sekilas tentang kopi Jawa, lalu bagaimana dengan kopi robusta Baban Silosanen sendiri?
Prinsipnya ada 2 jenis hasil kopi di Jember, yang pertama adalah produk budidaya dan olah perusahaan baik BUMN/daerah/swasta dan kopi yang dibudidayakan oleh rakyat di banyak desa di Jember.
Kali ini Rumah Kafe sedikit membahas yang punya perusahaan dan lebih banyak ngobrolin tentang kopi rakyat di Jember, terutama Baban Silosanen.
Kopi rakyat memang jadi andalan penggerak dan pendorong ekonomi yang luar biasa, sederhana saja, dari 7,7 milyar umat manusia, konsumsi kopi tahunan sudah mencapai 1,25 milyar cangkir, menurut data yang banyak beredar.
Jember sendiri sejak tahun 2010, saat kopi menjadi tren gaya hidup kebanyakan orang dengan kemasan kedai kopi, ratusan kedai/warung berdiri, terutama setelah 2016. Booming kafe/kedai/warung kopi ini sempat dijadikan sebuah bahan penelitian disertasi doktoral salah satu staf pengajar di Univ. Jember.
Penelitian ini melihat kapasitas kemampuan branding kopi lokal di tingkat kedai/kafe, beliau melihat perbandingan bahwa Jember lebih unggul dalam kapasitas branding kopi lokal dibanding kabupaten lain seperti Banyuwangi, Bondowoso dan Situbondo dan dalam jumlah kedai/kafe pada penelitian awal tahun 2019 kemaren. Hasilnya seperti apa, ya tunggu kelar disertasinya dulu baru ketahuan kesimpulannya seperti apa.
Termasuk didalamnya adalah kopi Baban Silosanen yang sudah terkenal sejak dahulu kala. Alasan klasik secara umum masalah para petani budidaya kopi adalah harga yang cenderung anjlok pada saat panen raya kopi.
Panen lacotan, itu adalah panen raya dan tidak menghiraukan kematangan buah kopi. Hijau,kuning, merah muda, merah segar semuanya dipanen sekaligus dalam satu tarikan dari batang kopi.
Ini membuat citarasa dan kualitas kopi menurun drastis. Belum lagi panenan berikut dipastikan menurun karena bakal bunga kopi pasti akan rusak akibat model panen lacotan yang banyak dilakukan di kopi rakyat.
Nah, suatu saat ada seorang pemuda, sebut saja dia "Bedor", dia baru saja fresh graduate dari IPB, saat itu sekitar 2 tahunan yang lalu. Ngobrol punya ngobrol, karena biasa anak kopi kalo udah ngomongin tentang kopi sambil ngopi pasti enggak ada habisnya.
Bedor mengutarakan keinginannya untuk mengolah kebun kopi, yang saat ini dikelola oleh keluarganya. Lah giliran saya, yang jadi bengong.
"Loh? Bentar, kamu lulus dari IPB dan sekarang mau ngolah kebun kopi?"
"Enggak salah tuh?, tanya saya kepada Bedor.
"Enggak, Mas, emang sedari awal sudah pingin ngolah kebun sendiri, eman-eman (sayang) kalo enggak dikelola baik", ujar dia.
Lalu obrolan mengalir begitu saja tentang panen dan pasca panen serta hulu hilir kopi di Jember.
Saya sadar dan menghargai sekiali kalau gairah generasi muda terhadap dunia kopi membesar sejak tahun 2010, dan kopi menjadi sesuatu yang keren di mata anak muda, namun jika hanya mengadopsi sisi bisnis belaka, kopi akan menjadi monster buat hulu, begitu juga buat hilir, yang akhirnya membuat Bedor membuat usaha kopi dengan nama Pak Yon Coffee Supply dengan andalannya kopi robusta Baban Silosanen Jember.
Akhirnya di banyak obrolan komunitas kopi Jember Koffiesta, setiap orang bersepakat baik tersurat maupun tersirat bahwa apa yang dilakukan untuk membangun kopi Jember dengan model "Terpimpin untuk Kemajuan Kopi Jember" dan memperlakukan kopi bahwa tidak ada kopi yang tidak enak, hanya ada kopi enak atau kopi enak sekali.
Dengan Bedor pula, Rumah Kafe bersama teman-teman mencoba pola fair trade di bisnis kopi. Bahwa cerita di balik kopi, siapa petaninya, siapa prosesornya, bagaimana pasca panen kopi itu, citarasa, kualitas akan membentuk harga itu sendiri. lalu semua proses mengalir dengan sendirinya.
Kopi Robusta Baban Silosanen Jember atau dulu yang pernah dikenal dengan "Secangkir Kopi Jawa" sudah menjadi line up signature kopi di Rumah Kafe sedari awal mereka muncul.
Siap untuk "Secangkir Kopi Jawa yang enak"?
Komentar
Posting Komentar