amp body













RUMAH KAFE JEMBER sejak 2015
Set On New Normal Certified Barista by BNSP LSP KI

KOPI yang baik adalah sehitam IBLIS, panas seperti NERAKA, semurni MALAIKAT, dan manis kaya KAMU

Karena KOPI kita bisa PINTAR

Kedai kecil serasa rumah sendiri, dikelola dengan senyum serta tawa juga dikawal barista tersertifikasi untuk ngopi, ngobrol atau membahas tentang apa saja

buka setiap hari mulai pk 18.00

DALAM PAHIT KOPI TERSELIP MANIS DAN RASA YANG LUAR BIASA
Temukan kami di Our Story | Instagram | Twitter | Facebook | Google | Maps | WAme

Saat Tsunami Terjadi, Hanya Ada Waktu 30 Menit untuk Evakuasi





Perlu Pelatihan dan Waspada Tsunami untuk Masyarakat Pesisir Pantai


JAKARTA-MEDIA88NEWS |
Ketika ada peringatan dini tsunami, namun tsunami besar tidak datang, sebagian dari kita sering menyalahkan sistem yang ada. Mengapa harus ada peringatan dini, hanya bikin panik saja? Bahkan tak jarang banyak yang menyalahkan BMKG, BNPB dan BPBD. Tidak mengapa, itu artinya masih mereka selamat dari tsunami.

Menurut Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, masih jelas ingatan bencana tsunami di Flores pada 12 Desember 1992 yang mengakibatkan 2.150 orang tewas dan hilang. Begitu juga gelombang tsunami di Banyuwangi tahun 1994, dimana ada 238 orang yang tewas. Di Biak tahun 1996 menyebabkan 60 orang tewas dan 134 orang hilang.

"Mega tsunami di Aceh tahun 2004 menyebabkan 283.000 orang tewas dan hilang, dan di Pangandaran tahun 2006 ada 600 orang tewas. Memang Indonesia rawan tsunami. Ada sekitar 5 juta jiwa penduduk tinggal di daerah rawan sedang-tinggi dari tsunami. Antara tahun 1629-2014 ada 174 kejadian tsunami di Indonesia," ungkap Sutopo Purwo Nugroho.

Ia juga menjelaskan bahwa waktu yang tersedia atau golden time untuk evakuasi hanya rata-rata 30 menit setelah gempa bumi. Ini jika sumber gempanya lokal berada di sekitar Indonesia. Tapi jika gempanya jauh, seperti saat tsunami di Sendai Jepang tahun 2011, waktunya bisa sekitar 5 jam. Dengan waktu 30 menit itu, pasti terjadi kepanikan. Itu berlaku universal. Di Jepang pun masyarakat juga panik.

Sutopo juga menerangkan, berdasarkan survai saat gempa 8,5 SR dan tsunami di Aceh 11-4-2012, rata-rata 79% masyarakat keluar rumah saat gempa dan 21% tetap berada di rumah. 63% tidak mendengar sirine tsunami. 75% masyarakat evakuasi dengan membawa kendaraan sehingga macet, dan 71% masyarakat belum pernah ikut latihan.

"Selain itu infrastruktur peringatan dini tsunami masih terbatas. Dari 4.500 km panjang pantai yang rawan tsunami hanya ada 38 sirine tsunami dari kebutuhan 1.000 sirine. Shelter evakuasi hanya ada sekitar 50 unit dari kebutuhan 2.500 unit," papar Sutopo Purwo Nugroho.

Ini adalah fakta yang ada. Sehingga bencana tsunami harus juga mendapat perhatian serius dari pemerintah dan pemda guna melindungi masyarakat dari ancaman tsunami, terutama untuk masyarakat di pesisir pantai. (bnpb.go.id/m88k)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pepatah Jawa - MENANG MENENG NGGEMBOL KRENENG

Rumah Kafe Kopi Jember Secangkir Jawa Secangkir Kenikmatan Penuh Cerita

HYPER REAL FACE Antara Niat Dan Amalan

Bajingan, Para Pemandu Sapi dan Pegon Penggerak Perekonomian Masa Lampau

Pesta Sastra Hyang Argopuro Eka Sapta Nawa Carita 2024

Mongso Bediding, Dinginnya Jawa dan Hangatnya Kopi Rempah

Jejak Warisan Kopi Nusantara: Dari Prasasti Kuno hingga Serat Centhini

Gajah Jawa, Emang Ada Gajah di Jawa?

Secangkir Kopi, Ngopi Dan Obrolan Yang Menyehatkan Mental Di Meja Kopi