Kabar Berita Kota Jember Yogyakarta 23 November 2014
Petugas Kesehatan Tidak Akan Tertular dan Menularkan Penyakit Jika Ikuti SOP yang Benar
JEMBER-MEDIA88NEWS | Semua tenaga kesehatan sangat rentan serta beresiko tertular penyakit menular dari pasien yang ditangani. Oleh karena itu dalam menjalankan tugasnya, para petugas kesehatan baik perawat maupun dokter harus menggunakan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang benar agar kerentanan tersebut tidak terjadi.
Demikian yang disampaikan oleh Ns. Dodi Wijaya, M.Kep selaku Tim Manajemen Keperawaratan Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Universitas Jember. Hal itu disampaikan dalam Seminar Regional Keperawatan 2014 di Aula PT.Rolas Nusantara Medica (RSU Kaliwates Jember ), (22/11) yang digelar oleh mahasiswa PSIK yang sedang menempuh praktik pendidikan profesi nerr.
Dalam seminar yang mengangkat tema “Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan” Ns. Dodi menyampaikan, kasus tertularnya virus ebola salah satu dokter beberapa waktu lalu menunjukkan betapa pentingnya pengetahuan SOP dalam menangani pasien atau yang lebih dikenal dengan istilah Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
“Pasti ada standar kerja yang dilewatkan sehingga dokter itu bisa tertular, karena jika benar-benar menerapkan standar PPI dengan baik pasti aman,” ujarnya. Dalam seminar yang diikuti oleh 65 orang dari staf RSU Kaliwates Jember dan RSU Bhakti Husada, Krikilan Banyuwangi, Dodi menyampaikan, seorang tenaga kesehatan tidak hanya rentan tertular penyakit namun mereka juga sangat dimungkinkan menularkan penyakit kepada pasien.
“Seminar ini sangat penting sekali bagi para tenaga kesehatan maupun untuk teman-teman mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan profesi ners yang pada akhir mungkin juga akan menjadi perawat,” jelas Dodi.
Sementara itu Direktur PT.vRolas Nusantara Medica yang dalam hal ini diwakili oleh Ns. Jamal, S.Kep menyampaikan, rasa terima kasih kepada mahasiswa PSIK yang sedang praktik di RSU Kaliwates Jember. ”Baru saja menjalin kerjasama (MOU) langsung bisa berkiprah dengan mengadakan seminar, kami harap pengembangan keilmuan seperti ini akan terus berlanjut,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama Ketua PSIK Universitas Jember Ns. Lantin Sulistyorini.S.Kep.M.Kes juga memberikan apresiasi kepada semua panitia yang telah sukses menggelar seminar PPI. ”Saya sangat bangga dengan mahasiswa PSIK mari kita lanjutkan kegiatan kegiatan ilmiah seperti ini karena hal ini bertujuan melatih semua staf terlatih, untuk mengidentifikasi dan mengatasi risiko infeksi secara proaktif ujar Lantin. (HumasUnej/m88k)
Dari Yogyakarta untuk Keberlanjutan Air Global
YOGYAKARTA-MEDIA88NEWS | Peserta konferensi internasional ekohidrologi menyadari bahwa lingkungan air secara global telah memburuk dan telah mengalami penurunan yang signifikan dari keanekaragaman hayati di seluruh dunia, yang berdampak sangat kuat pada ekosistem dunia. Hal tersebut memberikan bukti bahwa pendekatan konvensional untuk pengelolaan sumber daya air (berdasarkan semata-mata pada penerapan teknik rekayasa, intervensi sektoral, dan pengabaian ancaman langsung seperti pada penanganan limbah pada sumbernya) sudah tidak memadai lagi untuk melawan gelombang krisis air, seperti yang dirilis portal.jogjaprov.go.id pada (21/11).
Ekohidrologi bertujuan untuk mencari solusi secara eksklusif pada masalah teknis, baik untuk mendukung kebijakan sumber daya air yang berkelanjutan dan meningkatkan pembangunan sosial dengan partisipasi para pihak di semua tingkatan melalui keberhasilan pengelolaan sumber daya air terpadu.
Peserta menekankan bahwa pengelolaan berkelanjutan harus menjadi bagian integral dari pengelolaan sember daya air secara terpadu (IWRM : Integrated Water Resources management), dan harus menjawab pertanyaan-pertanyaan penting tentang pemberantasan kemiskinan, meningkatkan ketahanan pangan, mempromosikan energi berkelanjutan, pengelolaan air dan sumber daya lingkungan, mengendalikan penyakit, mitigasi bencana alam yang disebabkan oleh manusia serta mendorong kota-kota dalam mengembangkan solusi berkelanjutan dalam menghadapi tantangan global yang didasarkan pada pendekatan transdisipliner yang berkaitan erat dengan budaya dan kesejahteraan manusia.
Tantangan/Permasalahan
Tantangan global yang belum terpecahkan merupakan agenda yang penting bagi semua negara, termasuk negara berkembang, menengah, maupun negara-negara maju, melalui kerjasama trans-disiplin yang inklusif. Selain tantangan yang sangat kompleks dengan interkoneksi yang kuat, tugas untuk mengatasi tantangan-tantangan di atas adalah tidak mudah. Oleh sebab itu, ilmu ekohidrologi harus memainkan peran utama dalam membantu memahami kompleksitas dan memprediksi karakter multidimensi demi keberhasilan pembangunan berkelanjutan.
Rencana Aksi
1. Memadukan kebutuhan data dan kekurangan pengetahuan untuk mengatasi masalah yang terkait dengan sistem lingkungan air yang kritis dan bagaimana ekohidrologi dan ekobioteknologi bisa memberikan solusi dengan biaya rendah dan pilihan yang ramah lingkungan untuk pengelolaan air yang berkelanjutan.
2. Memadukan praktik-praktik terbaik dalam melaksanakan konsep ekohidrologi secara sistemik mulai dari hulu hingga ke wilayah pesisir dan belajar dari kesalahan masa lalu, dan membawa inovasi baru
3. UNESCO diminta untuk mempromosikan pendekatan terpadu melalui pusat-pusat yang ada maupun yang baru dibentuk di bawah UNESCO.
4. Memperkuat peran Pusat Ekohidrologi Asia Pasific (APCE) UNESCO dalam kapasitasnya sebagai pusat kegiatan ekohidrologi di asia dan wilayah Pasifik
5. Membangun program percontohan kerjasama berkelanjutan antara akademisi, pengambil kebijakan, dan masyarakat dengan memperhatikan warisan budaya, manusia, cagar biosfer dan situs air melalui kepemimpinan lokal.
6. Strategi perencanaan lanskap perlu mengintegrasikan ilmu pengetahuan, pemerintah, industri dan masyarakat melalui komunikasi kreatif menggunakan kekuatan budaya untuk pembangunan berkelanjutan
7. Merekomendasikan untuk membangun proyek percontohan ekohidrologi (perkotaan, pedesaan, dan pantai) dalam kerangka pengelolaan air secara terpadu (IWRM) dengan menggunakan jaringan yang sudah ada seperti UNESCO IHP, MAB dan MOST. Situs percontohan pengelolaan air keberlanjutan harus kondusif untuk penelitian ilmiah, termasuk database dan studi kasus. Hasil studi tersebut harus disosialisasikan di antara pemangku kepentingan sebagai informasi dan pertimbangan bagi para pengambil keputusan.
8. Aliansi pembelajaran antara situs percontohan (mulai dari atas ke bagian bawah pada daerah tangkapan air) dan perguruan tinggi/lembaga penelitian harus terus dibina untuk meningkatkan kolaborasi bagi para peneliti, dosen, mahasiswa dan praktisi.
9. Mencari dan mempromosikan pendekatan partisipatif untuk mengatasi tantangan lingkungan air secara global dengan mendokumentasikan permasalahan yang rasional tentang masa depan yang positif dan berorientasi pada pemecahan masalah, serta difokuskan pada transformasi sosial dan budaya.
10. Pendekatan pengelolaan lingkungan air yang berkelanjutan harus lebih memperhatikan konsekuensi yang mungkin timbul dari perubahan global termasuk demografi, perubahan iklim, perubahan penggunaan lahan, perubahan pola konsumsi dan kemajuan teknologi.
11. APCE, UNESCO, dan pemangku kepentingan lokal akan menerapkan Inisiatif Air Yogyakarta (Yogyakarta Water Initiative) untuk daerah perkotaan dan pedesaan demi kelangsungan masa depan baik secara sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan. (portal.jogjaprov.go.id/m88k)
Komentar
Posting Komentar