amp body













RUMAH KAFE JEMBER sejak 2015
Set On New Normal Certified Barista by BNSP LSP KI

KOPI yang baik adalah sehitam IBLIS, panas seperti NERAKA, semurni MALAIKAT, dan manis kaya KAMU

Karena KOPI kita bisa PINTAR

Kedai kecil serasa rumah sendiri, dikelola dengan senyum serta tawa juga dikawal barista tersertifikasi untuk ngopi, ngobrol atau membahas tentang apa saja

buka setiap hari mulai pk 18.00

DALAM PAHIT KOPI TERSELIP MANIS DAN RASA YANG LUAR BIASA
Temukan kami di Our Story | Instagram | Twitter | Facebook | Google | Maps | WAme

Gunung Raung Ibu dari Ribuan Bukit Kecil di Jember



Letusan Raung Juga Mengubur Sisa Kerajaan Blambangan di Macan Putih Banyuwangi dan Kedawung Jember

 
JEMBER-MEDIA88NEWS | Gunung Raung merupakan ibu dari semua bukit kecil atau gumuk yang tersebar seantero kabupaten Jember. Hasil letusan purba Raung yang sampai saat ini merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di Jawa, membentuk ribuan formasi bukit atau gumuk yang berjumlah ribuan di kabupaten Jember.

Kondisi ini hampir sama dan bisa ditemui di Tasikmalaya di sekitar Gunung Galunggung. Hanya dua gunung tersebut yang mampu melontarkan material letusan dan membentuk gundukan gundukan kecil di sekitar gunung.

Gunung Raung masa kini sendiri, berada dalam satu komplek sebelah selatan kawasan Ijen. Gunung Raung berada di sebelah Gunung Suket dan terletak di sebelah Barat Daya Kaldera Ijen. Di lereng barat laut dari Gunung Raung ada tiga dinding kawah tua, yang berbentuk tapal kuda.

Kawah purba itu sekarang banyak disebut sebagai, Gunung Wates dengan diameter sekitar 3 km dan ujung timurnya dari titik tertinggi Raung, kemudian ada Gunung Gadung berada dibawah dengan ketinggian 2390 m DPL, yang terakhir adalah Gunung Payungan yang meletus di zaman prasejarah.

Luas kawah purba Raung yang mencapai 22 km tersebut memang menyimpan cerita tentang letusan Raung purba. Sejarah mencatat banyak sejarah letusan yang terjadi sejak pertengahan abad ke 16. Abad 18 dan abad 19 merupakan periode aktif Raung dimana 18 kali dan 40 kali lebih letusan dicatat dalam kurun waktu masing-masing abad.

Menurut Geolog dari Museum Geologi Bandung, Indyo Pratomo, seperti yang dikutip dari kompas.com, Raung memiliki jejak debris avalanches yang hanya dimiliki oleh beberapa gunung di dunia.

Debris avalanches sendiri merupakan produk dari longsornya sebagian tubuh gunung api, terutama karena aktivitas magmatik. Sumbat yang terlalu kuat di puncak gunung menyebabkan magma menjebol sisi lemah di lereng gunung dan melontarkan hingga jauh, membentuk sekelompok bukit kecil atau gumuk (hillocks).

Tercatat debris avalanches di Raung bisa mencapai 78 km dari kawah dan merupakan jarak yang terbesar di Indonesia. ”Kalau longsorannya karena hujan atau erupsi freatik, biasanya tak terlalu jauh jangkauannya," ungkap Indyo Pratomo

Indyo juga menjelaskan, bahwa Gunung Raung merupakan bagian dari sistem kaldera raksasa purba. ”Raung berada di pinggir dari sistem kaldera ini,” katanya. Selain Raung, beberapa gunung api aktif lain yang juga berada di pinggir sistem kaldera ini adalah Ijen, Merapi, dan Meranti.

”Sayangnya, pengetahuan kita tentang kawasan kaldera ini masih sedikit,” katanya. ”Namun, melihat karakter gunung serta sisa kaldera, letusannya pada masa lalu pasti hebat,” ungkapnya.

Pada tahun 1586 dan 1597 terjadi letusan yang maha dahsyat yang menimbulkan korban ribuan jiwa, dan yang menyebabkan dinding kawah purba raung runtuh. Konon kabarnya material letusan Gunung Raung kala itu bisa menjangkau laut Jawa, Samudra Hindia dan pulau Bali dengan mudah.

Letusan Gunung Raung Purba terjadi lagi pada tahun 1638 dan 1730 juga berakibat pada jatuhnya ribuan korban jiwa. Kemudian pada tahun 1817 dan 1838, Gunung Raung meletus dengan lahar yang mengalir turun dari gunung. Puluhan letusan kecil masih terjadi di kurun waktu tahun 1787-1808, 1815-1816, 1864, 1880 dan 1896-1897.

Masih dikutip dari kompas.com, kehebatan letusan Raung pada masa lalu juga sempat dicatatkan oleh Sri Margana, sejarawan dari Universitas Gadjah Mada. Menurut dia, letusan Raung pada abad ke-18 menyebabkan sisa peradaban Kerajaan Blambangan di Macan Putih, Kabupaten Banyuwangi, dan di Kedawung, Kabupaten Jember, ikut terkubur.

”Peninggalan kerajaan diperkirakan terkubur oleh abu vulkanik Raung dari dua kali letusan. Pada 2010 kami menemukan fondasi bangunan kerajaan, gerabah, tombak, keramik, uang receh, dan sebagainya, terpendam sedalam 1,5 meter di Desa Macan Putih. Hingga kini masih banyak yang belum digali,” kata penulis buku Ujung Timur Jawa: Perebutan Hegemoni Blambangan 1763-1813 itu.

Pada abad ke 20, Gunung Raung masih juga bergejolak, tercatat pada Mei 1913 kubah baru terbentuk pada dasar kawah dalam waktu yang singkat, hanya kurang lebih tiga minggu, dengan ketinggian 91 meter dan diameter 350 m dengan bentuk kerucut. Bulan April tahun 1924, bagian utara dari lantai kawah dibanjiri lava dari dapur magma Gunung Raung.

Tercatat dalam manuskrip ekspedisi barat di kawasan Hindia Belanda, orang Eropa yang kali pertama naik ke Raung, adalah inspektur Belanda Bondowoso, Charles Bosch pada bulan Juli 1844. Tiga bulan kemudian, pada 12 Oktober 1844, Franz Wilhelm Junghuhn, seorang naturalis Belanda kelahiran Jerman, menaiki puncak gunung Raung bersama-sama dengan Mr Bosch. (m88k/ias)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pepatah Jawa - MENANG MENENG NGGEMBOL KRENENG

Rumah Kafe Kopi Jember Secangkir Jawa Secangkir Kenikmatan Penuh Cerita

HYPER REAL FACE Antara Niat Dan Amalan

Bajingan, Para Pemandu Sapi dan Pegon Penggerak Perekonomian Masa Lampau

Pesta Sastra Hyang Argopuro Eka Sapta Nawa Carita 2024

Mongso Bediding, Dinginnya Jawa dan Hangatnya Kopi Rempah

Jejak Warisan Kopi Nusantara: Dari Prasasti Kuno hingga Serat Centhini

Gajah Jawa, Emang Ada Gajah di Jawa?

Secangkir Kopi, Ngopi Dan Obrolan Yang Menyehatkan Mental Di Meja Kopi